Assalamu’alaikum
wr. wb,
Ya Akhi,
Agan – agan N’Semuanye aje yang di rahmati Allah serta senantiasa dalam naungan
Istiqomahnya … kali ni masih mengulas tentang Habib Munzir punye
cerite … di sini antum bakal baca cerite perjuangan Habib Munzir Bertemu dengan
Sang Guru Besar Yaitu Habib Umar …. yudah yok, Agan – agan N’ Antum gag sabar
kan pengen baca ni Habib Munzir Punye Cerite …. Sok Atuh Mangga di baca ….
Seraya Habib
Munzir Berkata :
Kebahagiaan
dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,
Saudaraku yg
kumuliakan,
saya adalah
seorang anak yg sangat dimanja oleh ayah saya, ayah saya selalu memanjakan saya
lebih dari anaknya yg lain, namun dimasa baligh, justru saya yg putus sekolah,
semua kakak saya wisuda, ayah bunda saya bangga pada mereka, dan kecewa pada
saya, karena saya malas sekolah, saya lebih senang hadir majelis maulid
Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin Hud Alalttas, dan Majelis taklim kamis
sore di empang bogor, masa itu yg mengajar adalah Al Marhum Al Allamah Alhabib
Husein bin Abdullah bin Muhsin Alattas dg kajian Fathul Baari.
sisa hari
hari saya adalah bershalawat 1000 siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan
puasa nabi daud as, dan shalat malam berjam jam, saya pengangguran, dan sangat
membuat ayah bunda malu.
ayah saya 10
tahun belajar dan tinggal di Makkah, guru beliau adalah Almarhum Al Allamah
Alhabib Alwi Al Malikiy, ayah dari Al Marhum Al Allamah Assayyid Muhammad bin
Alwi Al Malikiy, ayah saya juga sekolah di Amerika serikat, dan mengambil gelar
sarjana di New york university.
almarhum
ayah sangat malu, beliau mumpuni dalam agama dan mumpuni dalam kesuksesan
dunia, beliau berkata pada saya : kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka
belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu
dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama,
aku sudah mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa apa dari
kebanggaan orang yg sangat menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan New
York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dg kelicikan,
saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu.
maka
ayahanda almarhum hidup dalam kesederhanaan di cipanas, cianjur, Puncak. Jawa
barat, beliau lebih senang menyendiri dari ibukota, membesarkan anak anaknya,
mengajari anak2nya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah.
namun saya
sangat mengecewakan ayah bunda karena boleh dikatakan : dunia tidak akhiratpun
tidak.
namun saya
sangat mencintai Rasul saw, menangis merindukan Rasul saw, dan sering
dikunjungi Rasul saw dalam mimpi, Rasul saw selalu menghibur saya jika saya
sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut beliau saw, dan
berkata wahai Rasulullah saw aku rindu padamu, jangan tinggalkan aku lagi,
butakan mataku ini asal bisa jumpa dg mu.., ataukan matikan aku sekarang, aku
tersiksa di dunia ini,,, Rasul saw menepuk bahu saya dan berkata : munzir,
tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa dg ku.., maka saya
terbangun..
akhirnya
karena ayah pensiun, maka ibunda membangun losmen kecil didepan rumah berupa 5
kamar saja, disewakan pada orang yg baik baik, untuk biaya nafkah, dan saya
adalah pelayan losmen ibunda saya.
setiap malam
saya jarang tidur, duduk termenung dikursi penerimaan tamu yg cuma meja kecil
dan kursi kecil mirip pos satpam, sambil menanti tamu, sambil tafakkur,
merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam demikian malam malam
saya lewati,
siang hari
saya puasa nabi daud as, dan terus dilanda sakit asma yg parah, maka itu
semakin membuat ayah bunda kecewa, berkata ibunda saya : kalau kata orang, jika
banyak anak, mesti ada satu yg gagal, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tapi
apakah ucapan itu kebenaran?.
saya terus
menjadi pelayan di losmen itu, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar,
membersihkan toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh,
kopi, air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu.
sampai semua
kakak saya lulus sarjana, saya kemudian tergugah untuk mondok, maka saya
pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit duri jakarta selatan,
namun hanya dua bulan saja, saya tidak betah dan sakit sakitan karena asma
terus kambuh, maka saya pulang.
ayah makin
malu, bunda makin sedih, lalu saya prifat saja kursus bahasa arab di kursus
bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Hb Bagir Alattas, ayahanda dari hb Hud
alattas yg kini sering hadir di majelis kita di almunawar.
saya harus
pulang pergi jakarta cipanas yg saat itu ditempuh dalam 2-3 jam, dg ongkos
sendiri, demikian setiap dua kali seminggu, ongkos itu ya dari losmen tsb.
saya selalu
hadir maulid di almarhum Al Arif Billah Alhabib Umar bin Hud alattas yg saat
itu di cipayung, jika tak ada ongkos maka saya numpang truk dan sering hujan
hujanan pula.
sering saya
datang ke maulid beliau malam jumat dalam keadaan basah kuyup, dan saya diusir
oleh pembantu dirumah beliau, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih,
tak pantas saya yg kotor dan basah menginjaknya, saya terpaksa berdiri saja
berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu tamu berdatangan, maka
saya duduk dil;uar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang
penjaga.
saya sering
pula ziarah ke luar batang, makam Al Habib husein bin Abubakar Alaydrus, suatu
kali saya datang lupa membawa peci, karena datang langsung dari cipanas, maka
saya berkata dalam hati, wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu,
tak beradab jika aku masuk ziarah tanpa peci, tapi uangku pas pasan, dan aku
lapar, kalau aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,
maka saya
memutuskan beli peci berwarna hijau, karena itu yg termurah saat itu di emperan
penjual peci, saya membelinya dan masuk berziarah, sambil membaca yaasin utk
dihadiahkan pada almarhum, saya menangisi kehidupan saya yg penuh ketidak
tentuan, mengecewakan orang tua, dan selalu lari dari sanak kerabat, karena
selalu dicemooh, mereka berkata : kakak2mu semua sukses, ayahmu lulusan makkah
dan pula new york university, koq anaknya centeng losmen..
maka saya
mulai menghindari kerabat, saat lebaranpun saya jarang berani datang, karena
akan terus diteror dan dicemooh.
walhasil
dalam tangis itu saya juga berkata dalam hati, wahai wali Allah, aku tamumu,
aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yg shalih disisi Allah, pastilah
kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang..,
lalu dalam
saya merenung, datanglah rombongan teman teman saya yg pesantren di Hb Umar bin
Abdurrahman Assegaf dg satu mobil, mereka senang jumpa saya, sayapun ditraktir
makan, saya langsung teringat ini berkah saya beradab di makam wali Allah..
lalu saya
ditanya dg siapa dan mau kemana, saya katakan saya sendiri dan mau pulang ke
kerabat ibu saya saja di pasar sawo, kb Nanas Jaksel, mereka berkata : ayo
bareng saja, kita antar sampai kebon nanas, maka sayapun semakin bersyukur pada
Allah, karena memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke cipanas, saya
sampai larut malam di kediaman bibi dari Ibu saya, di ps sawo kebon nanas, lalu
esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun pulang ke cipanas..
tak lama
saya berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dg guru dari orang yg paling dicintai
Rasul saw, maka tak lama saya masuk pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh
Abubakar di Bekasi timur, dan setiap saat mahal qiyam maulid saya menangis dan
berdoa pada Allah untuk rindu pada Rasul saw, dan dipertemukan dg guru yg
paling dicintai Rasul saw, dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al
Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke pondok itu, kunjungan pertama
beliau yaitu pd 1994.
selepas
beliau menyampaikan ceramah, beliau melirik saya dg tajam.., saya hanya
menangis memandangi wajah sejuk itu.., lalu saat beliau sudah naik ke mobil
bersama almarhum Alhabib Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Hb Nagib
Bin Syeikh Abubakar, Guru mulia berkata bahwa beliau ingin saya dikirim ke
Tarim Hadramaut yaman untuk belajar dan menjadi murid beliau,
Guru saya hb
Nagib bin syeikh abubakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa bahasa
arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin beliau salah pilih..?, maka
guru mulia menunjuk saya, itu.. anak muda yg pakai peci hijau itu..!, itu yg
saya inginkan.., maka Guru saya hb Nagib memanggil saya utk jumpa beliau, lalu
guru mulia bertanya dari dalam mobil yg pintunya masih terbuka : siapa namamu?,
dalam bahasa arab tentunya, saya tak bisa menjawab karena tak faham, maka guru
saya hb Nagib menjawab : kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama
saya, lalu guru mulia tersenyum..
keesokan
harinya saya jumpa lagi dg guru mulia di kediaman Almarhum Hb bagir Alattas,
saat itu banyak para habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk
bisa menjadi murid guru mulia, maka guru mulia mengangguk angguk sambil
kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan,
lalu beliau berkata pada almarhum hb umar maula khela : itu.. anak itu.. jangan
lupa dicatat.., ia yg pakai peci hijau itu..!,
guru mulia
kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya hb Nagib bin syekh
abubakar, seraya berkata : wahai munzir, kau harus siap siap dan bersungguh
sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap..
dua bulan
kemudian datanglah Almarhum Alhabib Umar maula khela ke pesantren, dan menanyakan
saya, alm hb umar maulakhela berkata pada hb nagib : mana itu munzir anaknya hb
Fuad almusawa?, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk
memberangkatkannya, maka hb nagib berkata saya belum siap, namun alm hb umar
maulakhela dg tegas menjawab : saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum
untuk harus berangkat, ini pernintaan AL Habib Umar bin Hafidh, ia harus
berangkat dlm dua minggu ini bersama rombongan pertama..
saya
persiapkan pasport dll, namun ayah saya keberatan, ia berkata : kau sakit
sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke
hadramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau
sakit?, siapa yg menjaminmu..?,
saya pun
datang mengadu pd Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin hud Alattas, beliau
sudah sangat sepuh, dan beliau berkata : katakan pada ayahmu, saya yg
menjaminmu, berangkatlah..
saya katakan
pada ayah saya, maka ayah saya diam, namun hatinya tetap berat untuk
mengizinkan saya berangkat, saat saya mesti berangkat ke bandara, ayah saya tak
mau melihat wajah saya, beliau buang muka dan hanya memberikan tangannya tanpa
mau melihat wajah saya, saya kecewa namun saya dg berat tetap melangkah ke
mobil travel yg akan saya naiki, namun saat saya akan naik, terasa ingin
berpaling ke belakang, saya lihat nun jauh disana ayah saya berdiri dipagar
rumah dg tangis melihat keberangkatan saya…, beliau melambaikan tangan tanda
ridho, rupanya bukan beliau tidak ridho, tapi karena saya sangat disayanginya
dan dimanjakannya, beliau berat berpisah dg saya, saya berangkat dg airmata
sedih..
saya sampai
di tarim hadramaut yaman dikediaman guru mulia, beliau mengabsen nama kami,
ketika sampai ke nama saya dan beliau memandang saya dan tersenyum indah,
tak lama
kemudian terjadi perang yaman utara dan yaman selatan, kami di yaman selatan,
pasokan makanan berkurang, makanan sulit, listrik mati, kamipun harus berjalan
kaki kemana mana menempuh jalan 3-4km untuk taklim karena biasanya dg mobil
mobil milik guru mulia namun dimasa perang pasokan bensin sangat minim
suatu hari
saya dilirik oleh guru mulia dan berkata : Namamu Munzir.. (munzir = pemberi
peringatan), saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi : kau akan memberi
peringatan pada jamaahmu kelak…!.
maka saya
tercenung.., dan terngiang ngiang ucapan beliau : kau akan memberi peringatan
pada jamaahmu kelak…?, saya akan punya jamaah?, saya miskin begini bahkan untuk
mencuci bajupun tak punya uang untuk beli sabun cuci..
saya mau
mencucikan baju teman saya dg upah agar saya kebagian sabun cucinya, malah saya
dihardik : cucianmu tidak bersih…!, orang lain saja yg mencuci baju ini..
maka saya
terpaksa mencuci dari air bekas mengalirnya bekas mereka mencuci, air sabun
cuci yg mengalir itulah yg saya pakai mencuci baju saya
hari demi
hari guru mulia makin sibuk, maka saya mulai berkhidmat pada beliau, dan lebih
memilih membantu segala permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat
menginap dan segala masalah rumah tangga santri, saya tinggalkan pelajaran demi
bakti pada guru mulia membantu beliau, dengan itu saya lebih sering jumpa
beliau.
2 tahun di
yaman ayah saya sakit, dan telepon, beliau berkata : kapan kau pulang wahai
anakku..?, aku rindu..?
saya jawab :
dua tahun lagi insya Allah ayah..
ayah
menjawab dg sedih ditelepon.. duh.. masih lama sekali.., telepon ditutup, 3
hari kemudian ayah saya wafat..
saya
menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat saya pamitan itu adalah
terakhir kali jumpa dg beliau.. dan beliau buang muka saat saya mencium tangan
beliau, namun beliau rupanya masih mengikuti saya, keluar dari kamar, keluar
dari rumah, dan berdiri di pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan
sambil mengalirkan airmata.., duhai,, kalau saya tahu itulah terakhir kali saya
melihat beliau,., rahimahullah..
tak lama saya
kembali ke indonesia, tepatnya pada 1998, mulai dakwah sendiri di cipanas,
namun kurang berkembang, maka say mulai dakwah di jakarta, saya tinggal dan
menginap berpindah pindah dari rumah kerumah murid sekaligus teman saya,
majelis malam selasa saat itu masih berpindah pindah dari rumah kerumah, mereka
murid2 yg lebih tua dari saya, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam, maka
walau saya sudah duduk untuk mengajar, mereka belum datang, saya menanti,
setibanya mereka yg cuma belasan saja, mereka berkata : nyantai dulu ya bib,
ngerokok dulu ya, ngopi dulu ya, saya terpaksa menanti sampai mereka puas, baru
mulai maulid dhiya’ullami.., jamaah makin banyak, mulai tak cukup dirumah
rumah, maka pindah pindah dari musholla ke musholla,. jamaah makin banyak, maka
tak cukup pula musholla, mulai berpindah pindah dari masjid ke masjid,
lalu saya
membuka majelis dihari lainnya, dan malam selasa mulai ditetapkan di masjid
almunawar, saat itu baru seperempat masjid saja, saya berkata : jamaah akan
semakin banyak, nanti akan setengah masjid ini, lalu akan memenuhi masjid ini,
lalu akan sampai keluar masjid insya Allah.. jamaah mengaminkan..
mulailah
dibutuhkan kop surat, untuk undangan dlsb, maka majelis belum diberi nama, dan
saya merasa majelis dan dakwah tak butuh nama, mereka sarankan majelis hb
munzir saja, saya menolak, ya sudah, majelis rasulullah saw saja,
kini jamaah
Majelis Rasulullah sudah jutaan, di Jabodetabek, jawa barat, banten, jawa
tengah, jawa timur, bali, mataram, kalimantan, sulawesi, papua, singapura,
malaysia, bahkan sampai ke Jepang, dan salah satunya kemarin hadir di majelis
haul badr kita di monas, yaitu Profesor dari Jepang yg menjadi dosen disana,
dia datang keindonesia dan mempelajari bidang sosial, namun kedatangannya juga
karena sangat ingin jumpa dg saya, karena ia pengunjung setia web ini,
khususnya yg versi english..
sungguh
agung anugerah Allah swt pada orang yg mencintai Rasulullah saw, yg merindukan
Rasulullah saw…
itulah awal
mula hamba pendosa ini sampai majelis ini demikian besar, usia saya kini 38
tahun jika dg perhitungan hijriah, dan 37 th jika dg perhitungan masehi, saya
lahir pd Jumat pagi 19 Muharram 1393 H, atau 23 februari 1973 M.
perjanjian
Jumpa dg Rasul saw adalah sblm usia saya tepat 40 tahun, kini sudah 1431 H,
mungkin sblm
sempurna 19 Muharram 1433 H saya sudah jumpa dg Rasul saw, namun apakah Allah
swt akan menambah usia pendosa ini..?
Wallahu
a’lam
salam rindu
terdalam untuk anda.
Facebook
Pondok Habib : http://www.facebook.com/pondokhabib
KOLEKSI
CERAMAH AGAMA : http://ceramahagamabaru.blogspot.com/
0 Response to "Mantap Iman | Siap berjumpa Allah swt "baca klo pengin Hatinya hidup"
Posting Komentar